Thursday, April 7, 2011

Pernah suatu masa, terutama saat-saat sekolah dulu, saya dan beberapa teman dekat sering kali
menghabiskan waktu di tempat nongkrong paling nyaman se-“dunia”, paling “gaul”, dan paling
“gengsi”, McDonald’s. Dan jika kami sudah berada di dalamnya, jangan ditanya berapa lama
kami bisa bertahan duduk di sana, berjam-jam! Kami menghabiskan waktu yang lewat begitu
saja, biasanya kami menjahili orang-orang yang kebetulan merayakan ulang tahun di tempat itu,
atau menggoda anak-anak kecil yang asyik bermain di sana. Kadang kami juga sering mendapat
kenalan wanita-wanita, biasanya anak sekolahan juga, di tempat itu. Tempat itu benar-benar
mengasyikkan meski sesungguhnya jika kamu duduk di dalamnya, dan terutama di dekat jendela
kacanya, kamu bisa menatap landscape manis realita kehidupan: anak-anak jalanan dengan
tatapan kosong, juga ibu-ibu pengemis yang begitu setia duduk menggendong bayi-bayi mereka,
mengharap belas kasih mereka yang menghabiskan waktu di McDonald’s.

Sampai suatu hari saya membaca sebuah tulisan tentang McD (begitu biasa orang-orang
menyebutnya) yang mengatakan bahwa Ronald McDonald’s tak selucu dan tak seramah yang
kita sangka. Hal ini kemudian membawa saya kepada suatu pilihan untuk (sebisa mungkin) tidak
lagi makan dan nongkrong di warung milik korporasi internasional tersebut. Sebuah pilihan dasar
yang kamu juga punya (seperti kata Arundhati Roy, penulis dan aktivis India, untuk merubuhkan
sistem kapitalisme global dan korporat-korporatnya yang merugikan, kamu hanya perlu
menggunakan hak pilih kamu yang paling dasar, yaitu memilih untuk tidak membeli lagi produk-
produk korporasi internasional!).

Yang pertama kali mengejutkan saya adalah proses produksi yang mereka lakukan. Itu adalah
horor yang menakutkan. Dalam proses produksi itu McD benar-benar telah melakukan eksploitasi
tanpa batas terhadap Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia. Oke, saya paparkan apa
yang pernah dikatakan salah seorang eks-pekerja McD tentang bagaimana McD mendapatkan
ayam-ayamnya.

Menurutnya, kondisi peternakan McD sangat buruk, bahkan itu lebih mirip tempat penyiksaan
ketimbang tempat peternakan. Ayam-ayam diletakkan di kandang yang sama sekali tidak layak
disebut kandang. Sempit dan tak punya akses cahaya matahari. Tempat yang seperti itu
menyebabkan ayam-ayam tersebut tidak dapat bergerak, bahkan untuk sekadar berdiri. Banyak
di antara ayam-ayam tersebut yang patah tulang atau terluka, bahkan tidak sedikit juga yang
mati. Sudah sejak kecil ayam-ayam itu disuntik obat anti-biotik dan obat-obatan yang akan
membuat mereka cepat tumbuh besar. 44 persen ayam-ayam tersebut mengalami gangguan
kesehatan akibat obat-obatan tersebut dan pengaruh kandangnya. Ayam-ayam yang mengalami
hal ini akan dipisahkan dari ayam-ayam lainnya untuk dibantai secara kejam dengan gas
beracun. Ayam-ayam yang terpilih, yang tidak cacat dan telah berumur 6-7 minggu kemudian
dikirim ke tempat penjagalan. Sebaiknya jangan pernah membayangkan ayam-ayam tersebut
“dibunuh” dengan baik-baik. Di tempat jagal, ayam-ayam itu digantung terbalik dengan kaki di
atas dan kepala di bawah. Kemudian ayam-ayam tersebut dicelupkan ke dalam air yang dialiri
listrik. Banyak di antara ayam-ayam tersebut yang tidak mati namun begitu menderita akibat
sengatan listrik. Barulah setelah itu ayam-ayam tersebut dipotong. Tapi itu bukan pemotongan
yang sempurna, melainkan sembarang saja. Satu persen dari ayam-ayam tersebut masih tetap
hidup setelah dipotong untuk kemudian dimasukkan ke dalam tangki daging. Ayam-ayam yang
masih hidup tersebut memang akan mati, tapi itu adalah kematian yang perlahan dan sungguh
menyiksa!

Mungkin sebagian manusia akan berkomentar, “lalu kenapa, itu cuma ayam?!” Memang itu cuma
ayam, tapi apakah ayam tidak memiliki rasa sakit seperti manusia? Apakah ayam tidak akan
pernah merasa tersiksa karena penderitaannya seperti manusia? Ayam-ayam itu telah menderita
untuk kita, dan apakah McD peduli dengan hal ini? Tentu saja tidak, korporasi mempunya sifat
dasar untuk tidak peduli kepada apapun kecuali kepada keuntungan! Jadi, ayam-ayam itu telah
menderita demi keuntungan yang direguk oleh korporat internasional!

Pada tanggal 31 Maret 1998, digelar pengadilan untuk kasus tuntutan NUS (National United
Student – organisasi pelajar di Inggris) kepada McD. Tuntutan NUS yaitu, McDonald’s adalah
praktek anti perserikatan pekerja, pengeksploitasian pekerja, yang berhubungan dengan
pengrusakan lingkungan, kekejaman pada hewan dan pempromosian produksi-produksi
makanan yang tidak sehat. Dan di akhir persidangan, majelis hakim memenangkan tuntutan NUS
dan menyatakan bahwa McD bersalah dengan fakta-fakta berikut: (1) McD mengeksploitasi
anak-anak dalam iklan-iklannya. (2) McD bersalah atas kekejamannya terhadap hewan-hewan.
(3) Perusahaan tersebut anti-perserikatan pekerja dan membayar pekerjanya di bawah standar.
(4) McD bersalah atas penghancuran hutan hujan di negara-negara dunia ketiga. (5) Penyia-
nyiaan, polusi, dan sampah dari sisa-sisa produk McD yang tidak bisa didaur ulang. (London
Greenpeace pressrelease, 14th April 1998)

Sampai sini, saya memutuskan untuk tidak lagi melangkahkan kaki ke McD!
Dan siapakah yang tahu bagaimana McD memperlakukan sisa lebih stok makanan mereka
setiap harinya? McD memasukkan burger-burger, daging-daging, nasi dan stok makanan lainnya
ke dalam karung dan kemudian menyiramnya dengan air agar makanan-makanan tersebut tidak
berbentuk lagi hingga tak dapat dimakan dan kemudian baru dibuang ke tempat sampah!
Sementara, kita tahu ini, semua orang tahu ini, tuhan tahu ini, di jalanan-jalanan, dan bahkan di
sisi jendela kaca McD, gelandangan dan pengemis menahan lapar di perut dan matanya setiap
hari! McD memilih memusnahkan kelebihan stok makanannya ketimbang membagi-bagikan stok
lebih makanannya itu kepada mereka!

Inilah mitos yang perlu kita kembangkan tentang McD:
- Penyebab kanker (McCancer): merusak kesehatan karena setiap yang dijual di McD adalah
bahan awetan dan bukan makanan segar.
- Pembunuh (McMurder): pembantai hewan-hewan hanya untuk menambah keuntungan.
- Perusak (McDestructor): menghabiskan hutan-hutan di negara-negara dunia ketiga untuk
kepentingan peternakannya demi (lagi-lagi) menambah keuntungannya tanpa memedulikan hak
rakyat, hak adat, pada tanah untuk melanjutkan hidup.
- Penyia-nyiaan bahan (McWaste): membuat produk yang tidak bisa di daur ulang.
- Rakus (McGreedy): mengeksploitasi tenaga kerjanya dengan waktu yang represif dan upah
yang rendah.
Kesemuanya itu demi menambah keuntungan!
Ini semua berarti bahwa kunjungan kamu ke McD adalah pernyataan dukungan terhadap sistem
yang telah merusak planet bumi ini, yang telah menghancurkan kehidupan para petani dan kaum
adat di dunia ketiga, yang telah memperbudak manusia lewat jam kerja yang panjang dan upah
yang minimum, yang telah membuat nilai rupiah jatuh sedemikian rupa di hadapan dollar dan
menyebabkan lumpuhnya perekonomian negara ini.

Kamu bisa memilih seperti yang dianjurkan Arundhati Roy, memilih tidak membeli produk-produk
korporasi yang kejam!

Dan, tentu saja, di era konsumerisme seperti saat ini (yang bahkan untuk berlebaran, natal,
imlek, dan ritual-ritual keagamaan lainnya, kita merasa harus berbelanja!), McD bukan satu-
satunya produk yang mesti kita tolak! Cari, buat daftar, dan STOP MEMBELINYA!

1 comment:

  1. P/s: klu ada yg x faham blh rujuk google translator..

    ReplyDelete